Friday, January 8, 2016

LEGENDA BATU MENANGIS

LEGENDA BATU MENANGIS
Malin kundang
Tali tambang
Gentong Gentong
Tempat yang konon menjadi bukti legenda tersebut adalah Pantai Air Manis di Kecamatan Teluk Kabung, Kabupaten Padang. Di pantai inilah, terdapat batu legenda Dan batu itu dikenal sebagai Batu Malin Kundang.mirip manusia yang konon adalah Malin. Letaknya sekitar 15 km dari Kota Padang, dengan waktu tempuh 30 menit saja.Bagi traveler yang menggunakan angkutan umum, tersedia ojek yang bisa disewa dari jalan utama menuju Pantai Air Manis. Cukup membayar Rp 10.000-15.000, Anda akan melewati jalan turunan yang lumayan terjal hingga tiba di bibir pantai. Kemudian terlihatlah, bentangan pasir pantai dengan ombak yang perlahan menyapu bibirnya.Batu itu berada di dekat pantai. Seperti legendanya, bentuk batu ini mirip seperti manusia yang sedang bersujud. Warga setempat percaya, inilah Malin yang telah dikutuk menjadi batu. Selain itu, batu ini juga disebut Batu Menangis lantaran sering mengeluarkan air mata.Di dekat batu tersebut, terdapat batu berwujud aneka benda seperti tong dan tali berukuran besar. Konon, itu adalah peninggalan kapal kepunyaan Malin yang ikut membatu. Anda boleh berfoto sepuasnya di tempat ini, sambil mengingat kembali legenda Malin Kundang yang punya pesan moral itu.Terlepas dari legendanya, Pantai Air Manis adalah tempat wisata favorit bagi keluarga. Tak jarang keluarga piknik dan menggelar tikar di pinggir pantai. Anak-anak bisa berlarian di pasir empuk berwarna abu-abu. Kawasan pantainya pun bersih, sehingga nyaman untuk bermain pasir.Sekitar 500 meter dari lokasi batu Malin Kundang, terdapat Pulau Pisang Kecil yang bisa disambangi dengan berjalan kaki. Tapi, hal ini hanya bisa dilakukan dari pagi sampai siang hari ketika air masih surut. Selebihnya, Anda boleh menyewa perahu nelayan. Namun hati-hati, ombaknya besar!
Nah pasti ingin tau ceritanya kan Percaya atau tidak tapi semenjak kecil cerita ini selalu di dengar di telinga anak anak indonesia di nusantara
Nah ini ceritanya Alkisah di suatu masa, hiduplah sebuah keluarga miskin di Sumatra Barat. Demi menafkahi keluarganya, sang ayah pergi melaut namun tak kunjung pulang. Kabar mengenai kematiannya pun menjadi desas-desus yang kemungkinan besar telah terjadi. Mendengar kabar demikian, tentu saja, sang istri gundah-gulana. Dia sedih memikirkan bagaimana nasib Malin Kundang, putra semata wayangnya di kemudian hari.Namun, hidup harus terus move on, show must go on. Ibu Malin Kundang tidak bisa terus sedih dan berpangku tangan. Pada akhirnya, dia memilih bekerja keras. Kehidupan ibu anak itu tidak kunjung membaik. Hasil yang didapat sang ibu hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Demi melihat ibunya yang banting tulang setiap harinya, Malin Kundang ingin membantunya. Dia meminta izin ibunya untuk berlayar.Ibu Malin Kundang pun melarangnya karena pengalaman ayahnya yang tak kunjung pulang. Kekerasan hati sang anaklah yang membuat, sang ibu luluh dan mengizinkannya.Malin Kundang segera berangkat berlayar dengan mengantongi restu dari ibunya. Di atas kapal, dia banyak belajar dari juragannya saudagar kapal. Hal ini membuat Malin semakin lihai dengan seluk-beluk kapal dan perniagaan. Waktu demi waktu terus berlalu. Malin Kundang belum pulang juga ke kampung halamannya. Sebetulnya, dia ingin pulang menemui ibunya di kampung halaman, dan dia minta izin kepada juragannya untuk mudik. Dan diperbolehkan.Ketika Malin Kundang hendak pulang ke kampung, kapal sang juragan dicegat oleh para perompak. Seluruh awak dibantai. Seluruh harta dirampas. Beruntung bagi Malin saat itu bersembunyi sehingga lolos dari pembantaian. Dia akhirnya terdampar di suatu pulau. Di sana, dia bekerja keras hingga jadi juragan. Anak buahnya banyak. Hartanya tak terbilang. Dan dia pun menikahi seorang gadis yang menjadi pujaan hatinya.Dia sudah lupa pada niatnya pulang ke kampung halaman untuk menemui ibunya. Namun, sebuah pertemuan memang sungguh unik.Maling Kundang harus pergi ke kampung halamannya untuk urusan perniagaan bersama istri dan anak buahnya. Tentu saja, di sana, dia bertemu dengan ibunya.Melihat Malin Kundang, ibunya yang sudah bertambah tua segera menghampirinya. "Malin, Malin, oh Malin, akhirnya kau pulang nak," kata ibunya sambil memeluk anak semata wayangnya.Apa reaksi Malin Kundang?Dia menghardik dan mendorong ibunya hingga tersungkur. Sebetulnya, Malin Kundang mengenali ibunya. Namun rasa malu terhadap istri dan anak buahnya membuatnya enggan mengakui wanita yang terjatuh itu sebagai ibunya. "Siapa dia Malin?" tanya istrinya."Aku tidak mengenalnya. Dia hanya wanita hina," kata Malin.Setelah menyelesaikan urusannya Malin Kundang segera pergi dari kampung halamannya. Hatinya sudah mengeras menjadi batu. Bersama istri dan anak buahnya, dia pergi berlayar kembali.Ibunya yang telah ditinggal pergi oleh anaknya sedih. Bahkan dia sampai menitikkan air mata. Dalam hati, dia berdoa supaya Malin Kundang menjadi batu.Seketika itu juga langit menjadi mendung, kilat menyambar-nyambar, hujan turun dengan derasnya. Kapal Malin Kundang yang tengah ada di lautan lepas terhuyung-huyung dan akhirnya kandas menabrak karang. Jasad Malin terombang-ambing hingga ke pantai.Saat itulah terjadi keajaiban. Dia perlahan-lahan berubah menjadi batu. Dan batu itu dikenal sebagai Batu Malin Kundang.

Batu Malin Kundang
Pinggir Pantai

No comments:

Post a Comment