Friday, August 9, 2019

MULAILAH SEGALA AKTIVITAS KITA DENGAN MENGUCAPKAN BASMALAH


MULAILAH SEGALA AKTIVITAS KITA DENGAN MENGUCAPKAN BASMALAH
بسم الله الرحمن الرحيم
“dengan menyebut nama allah yang maha pemurah lagi maha penyayang” 

Mulailah segala aktivitas kita dengan mengucapkan basmalah, yakni Bi Ism Allah A-Rahmân Al Rahîm. Dengan mengucapkan ucapan ini, kita bukan sekadar mengharapkan "berkah", tetapi juga menghayati maknanya, sehingga dapat melahirkan sikap dan karya yang positif.Kata bi yang diterjemahkan "dengan",  oleh para ulama dikaitkan dengan kata "memulai", sehingga pengucap basma-lah pada hakikatnya berkata: "Dengan (atau demi) Allah saya memulai (pekerjaan ini)." Apabila Anda menjadikan pekerja-an Anda "atas nama" dan "demi" Allah, maka pekerjaan ter-sebut pasti tidak akan mengakibatkan kerugian pihak lain.

Karena ketika itu Anda telah membentengi diri dan pekerjaan Anda dari godaan nafsu serta ambisi pribadi.Kata bi juga dikaitkan dengan "kekuasaan dan pertolong- an", sehingga si pengucap menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukannya terlaksana atas kodrat (kekuasaan) Allah. La memohon bantuan-Nya agar pekerjaannya dapat terselesai-kan dengan baik dan sempurna. Dengan permohonan itu, di dalam jiwa si pengucap tertanam rasa kelemahan di hadap-an Allah SWT. Namun, pada saat yang sama, tertananm pula kekuatan, rasa percaya diri, dan optimisme karena ia  merasa memperoleh bantuan dan kekuatan dari Allah sumber segala kekuatan. Apabila suatu pekerjaan dilakukan atas bantuan Allah, maka pasti ia sempurna, indah, baik, dan benar karena sifat-sifat Allah "berbekas" pada pekerjaan tersebut. 

Allah, yang dimohonkan bantuan-Nya itu, memiliki slde Sifat yang Mahasempurna. Ada dua sifat kesempurnaan yang ditekankan, yaitu Ar-Rahmân dan Ar-Rahîm. Ar-Rahmnán adalah curahan rahmat-Nya secara aktual yang diberikan di dunia ini kepada alam raya, termasuk manusia (mukmin maupun kafir). Sedangkan Ar-Rahîm adalah curahan rahmat-Nya kepa-da mereka yang beriman yang akan diberikan kelak di akhi-rat.Kedua sifat tersebut-yang ditanamkan dan yang diusaha-kan untuk memenuhi jiwa setiap pengucap basmalah agar seluruh sikap dan perbuatannya diwarnai oleh curahan rahmat dan kasih sayang-bukan hanya ditanamkan pada sesama mukmin atau sesama manusia, tetapi juga pada binatang, tumbuh-tumbuhan, bahkan juga pada makhluk-makhluk tak bernyawa sekalipun. 

Ucapkanlah basmalah pada saat Anda mulai menulis, niscaya tulisan dan apa yang Anda tulis akan menjadi indah dan benar. Kasih sayang akan tercurah pada pena dan kertas, sehingga Anda tidak menyia-nyiakannya. Ucapkanlah basmalah pada saat Anda memakai pakaian, berjalan, menyembelih binatang, bekerja, berbaring, dan sebagainya, agar kasih sayang tercurah kepada Anda, dan Anda pun mampu mencurahkan-nya kepada yang lain. 

Salah dan keliru-jika enggan berkata berdosa-orang yang beranggapan bahwa "empat tambah empat sama dengan delapan, baik dengan basmalah atau tidak". Salah dan keliru anggapan ini, karena dengan basmalah, paling tidak jumlah tersebut diucapkan dan dipaparkan dengan indah dan baik.
Sementara bila tanpa basmalah, tidak mustahil jumlahnya dalam catatan delapan tetapi dalam kenyataan hanya tujuh; yang satu tercecer mungkin ke saku yang enggan mengucapkannya. Maha benar dan Mahai ndah petunjuk Allah serta RasulNya.

Thursday, August 1, 2019

SYAHADAT UCAPAN DAN SYAHADAT TINDAKAN

SYAHADAT UCAPAN DAN SYAHADAT TINDAKAN

Kalimat syahadat diajarkan kepada kita sejak kecil”
sebanyak dua-tiga kali atau berkali-kali-hingga kita hafal”. Maknanyapun diajarkan, entah berapa kali, hingga akhirnya-sedikit atau banyak-kita memahami maksudnya. Apakah setiap
Muslim, sekarang ini, melakukan hal yang sama seperti yang
dilakukan oleh orangtua dan para guru kita di masa silam
Kenyataan seringkali menunjukkan bahwa jawaban yang tepat
untuk pertanyaan ini adalah "tidak". Karenanya, bukan tidak
pada tempatnya jika ada saja orang yang mempertanyakan
nilai keislaman sebagian generasi muda. Betapa tidak? Kata
mereka, "Kita pun yang telah menghafal dan memahami mak-
sudnya masih kehilangan sesuatu yang sangat penting dari
kedua kalimat syahadat itu, sehingga seperti inilah keadaan
kita." Sesungguhnya masih ada satu hal, selain menghafal
dan memahami maksudnya, yang tertinggal, yaitu menjadikan
apa yang dihafal dan diketahui maksudnya itu sebagai penerang
hati yang menyinari setiap langkah dan sikap kita. Perhatikan-
lah kalimat syahadat yang kita ucapkan: Asyhadu al-là ilâha
illa Allâh. Kalimat ini dimulai dengan Asyhadu (saya bersaksi).
Ketika Anda berkata "saya", maka Anda menyadari bahwa
Anda mempunyai wujud pribadi yang berbeda dengan orang
lain. Namun demikian, dalam saat yang sama Anda menyadari
pula bahwa ada pihak lain bersama Anda, yaitu yang men-
dengar atau yang kepadanya Anda memperdengarkan persak-
sian itu.
Bagaimana kesadaran ini dapat diterjemahkan dalam ben-
tuk tingkah laku? Apakah guru di sekolah, ayah dan ibu di
rumah pernah mengantarkan kita untuk menyadarinya? Ini
satu hal yang ketinggalan.
Kesaksian itu dimulai dengan pengucapan
là ilâha (tiada tuhan) kemudian disusul dengan
penetapan illâ Allah (kecuali Allah).
Pencari kebenaran akan
menemui kebenaran itu bila ia berusaha menyingkirkan ter
lebih dahulu segala macam ide, teori, dan data yang tidak
benar dari benaknya, persis seperti yang dilakukan oleh peng
ucap syahadat tersebut.
Ada tujuh sifat Allah yang kita persaksikan keesaan-Nya
yang dinamai shifât ijâbiyah: Kodrat (Kekuasaan), Kehendak,
Pengetahuan, Hidup, Pendengaran, Penglihatan, dan Kalam
(Firman). Ketujuh sifat ini juga yang merupakan kesempurna-
an manusia, bila ketujuhnya menyatu secara baik dalam diri
seseorang, walaupun harus digarisbawahi bahwa yang sem-
purna dan mutlak sifatnya hanya Allah semata. Kekeliruan-
bahkan sebab segala akibat negatif yang diderita selama ini adalah
kepincangan sifat-sifat tersebut dalam diri kita.
Kita memiliki kehendak, tetapi keinginan dan kehendak
kita tidak disesuaikan dengan kemampuan kita. Kita dapat
berbicara, tetapi pembicaraan kita tidak didukung oleh pe-
ngetahuan. Kita mendengar, melihat, tetapi hanya setengah-
setengah, sehingga hidup dan kehidupan kita pun demikian.
Benar bukan, bahwa ada yang ketinggalan dalam rangkai-
an syahadat kita?  


Potret kehidupan “ malam jumat!