Thursday, August 1, 2019

SYAHADAT UCAPAN DAN SYAHADAT TINDAKAN

SYAHADAT UCAPAN DAN SYAHADAT TINDAKAN

Kalimat syahadat diajarkan kepada kita sejak kecil”
sebanyak dua-tiga kali atau berkali-kali-hingga kita hafal”. Maknanyapun diajarkan, entah berapa kali, hingga akhirnya-sedikit atau banyak-kita memahami maksudnya. Apakah setiap
Muslim, sekarang ini, melakukan hal yang sama seperti yang
dilakukan oleh orangtua dan para guru kita di masa silam
Kenyataan seringkali menunjukkan bahwa jawaban yang tepat
untuk pertanyaan ini adalah "tidak". Karenanya, bukan tidak
pada tempatnya jika ada saja orang yang mempertanyakan
nilai keislaman sebagian generasi muda. Betapa tidak? Kata
mereka, "Kita pun yang telah menghafal dan memahami mak-
sudnya masih kehilangan sesuatu yang sangat penting dari
kedua kalimat syahadat itu, sehingga seperti inilah keadaan
kita." Sesungguhnya masih ada satu hal, selain menghafal
dan memahami maksudnya, yang tertinggal, yaitu menjadikan
apa yang dihafal dan diketahui maksudnya itu sebagai penerang
hati yang menyinari setiap langkah dan sikap kita. Perhatikan-
lah kalimat syahadat yang kita ucapkan: Asyhadu al-là ilâha
illa Allâh. Kalimat ini dimulai dengan Asyhadu (saya bersaksi).
Ketika Anda berkata "saya", maka Anda menyadari bahwa
Anda mempunyai wujud pribadi yang berbeda dengan orang
lain. Namun demikian, dalam saat yang sama Anda menyadari
pula bahwa ada pihak lain bersama Anda, yaitu yang men-
dengar atau yang kepadanya Anda memperdengarkan persak-
sian itu.
Bagaimana kesadaran ini dapat diterjemahkan dalam ben-
tuk tingkah laku? Apakah guru di sekolah, ayah dan ibu di
rumah pernah mengantarkan kita untuk menyadarinya? Ini
satu hal yang ketinggalan.
Kesaksian itu dimulai dengan pengucapan
là ilâha (tiada tuhan) kemudian disusul dengan
penetapan illâ Allah (kecuali Allah).
Pencari kebenaran akan
menemui kebenaran itu bila ia berusaha menyingkirkan ter
lebih dahulu segala macam ide, teori, dan data yang tidak
benar dari benaknya, persis seperti yang dilakukan oleh peng
ucap syahadat tersebut.
Ada tujuh sifat Allah yang kita persaksikan keesaan-Nya
yang dinamai shifât ijâbiyah: Kodrat (Kekuasaan), Kehendak,
Pengetahuan, Hidup, Pendengaran, Penglihatan, dan Kalam
(Firman). Ketujuh sifat ini juga yang merupakan kesempurna-
an manusia, bila ketujuhnya menyatu secara baik dalam diri
seseorang, walaupun harus digarisbawahi bahwa yang sem-
purna dan mutlak sifatnya hanya Allah semata. Kekeliruan-
bahkan sebab segala akibat negatif yang diderita selama ini adalah
kepincangan sifat-sifat tersebut dalam diri kita.
Kita memiliki kehendak, tetapi keinginan dan kehendak
kita tidak disesuaikan dengan kemampuan kita. Kita dapat
berbicara, tetapi pembicaraan kita tidak didukung oleh pe-
ngetahuan. Kita mendengar, melihat, tetapi hanya setengah-
setengah, sehingga hidup dan kehidupan kita pun demikian.
Benar bukan, bahwa ada yang ketinggalan dalam rangkai-
an syahadat kita?  


Potret kehidupan “ malam jumat!

No comments:

Post a Comment